Tadi siang saya baru saja mendapat kisah tentang ulat dari seorang teman. Dia menceritakan bahwa ada seorang peneliti yang mengamati tingkah para ulat. Dalam penelitian tersebut diletakkannya beberapa ulat secara berurutan ke belakang (katakanlah berbaris ke belakang), tapi dibuat melingkar, sehingga barisan ulat menyambung. Ulat tersebut pun berjalan mengikuti arah lingkaran barisannya. Kemudian, diletakkanlah makanan di tengah-tengah lingkaran tersebut. Tapi, yang terjadi adalah ulat-ulat tersebut berjalan mengikuti arah lingkaran dan terus tersambung. Tidak ada salah satu pun dari mereka yang mengambil makanan yang telah diletakkan. Selama tiga hari, ulat-ulat tersebut terus berjalan berputar. Mereka masih tetap bertahan meski tidak makan. Namun, saat memasuki hari ke tujuh (kalau tidak salah) ulat-ulat tersebut satu per satu mati. Dan tamatlah riwayat mereka. (hehe... maaf agak berlebihan)
Kira-kira seperti itulah cerita tentang Si Ulat. Dari kisah tersebut ternyata ada hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Dalam peneliti tersebut, entah Si Ulat sadar atau tidak, mereka mengikuti kawannya satu sama lain. Oleh karena itu, mereka tetap berjalan berputar. Satu ulat mengikuti ulat yang ada di depannya. Katanya, hal seperti itulah yang sering terjadi di antara kita. Bergerak hanya mengikuti orang lain. Dan makanan yang tidak tersentuh, ibarat bergeraknya kita yang sama sekali tidak memiliki asupan untuk menjadi acuan. Awalnya memang masih bertahan, tapi apabila terus menerus hidup hanya mengikuti dan tanpa asupan, maka kita pun akan mati. Mati di sini bukan berarti nyawa kita telah tercabut. Mati di sini adalah bahwa langkah-langkah atau gerakan kita tidak memiliki makna, stuck, karena memang kita tidak pernah diberi asupan. Asupan di sini tentu saja asupan untuk jiwa kita, ruhani kita, juga otak kita.
Intinya adalah bahwa dalam melangkah dan bergerak, kita harus memiliki asupan yang cukup agar kita bisa bertahan. Ya, asupan agar kita memiliki bekal untuk melangkah dan bergerak. Katakanlah bahwa asupan bernutrisi tersebut adalah ilmu yang harus kita makan sehari-hari. Ilmu yang akan senantiasa membuat jiwa, ruhani, dan otak kita selalu terisi, hingga bisa dijadikan bekal untuk melangkah. Tentunya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperoleh asupan itu. Seperti membaca, menghadiri majelis ilmu, sharing, diskusi, menonton, mendengar, dll. Ya, inti dari intinya yaitu bahwa kita jangan pernah berhenti mengisi diri kita dengan ilmu, agar kita memiliki bekal untuk selalu bisa melangkah dan bergerak :)
"... Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..." (Alquran, 58:11)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment