Dec30,
Dec30,

Alone = Lonely

Apakah sendirian identik dengan kesepian? Tentu saja jawaban masing-masing orang berbeda. Kalau jawaban saya sendiri... tidak. Karena saya tidak merasa kesepian saat sedang sendirian. Bagi saya, waktu sendirian justru moment yang istimewa. Tapi, bukan berarti saya suka menyendiri, bertapa, atau anti-sosial -.-
Setelah seharian berada dalam keramaian dan bertemu banyak orang, meluangkan waktu untuk sendiri cukup bisa membuat saya rileks dan mengumpulkan engergi. Satu sampai dua jam juga cukup. Tapi, kesukaan saya dengan 'sendirian' ini tidak hanya sampai di situ. Dalam satu tahun adakalanya pada waktu-waktu tertentu saya ingin sendiri sepanjang hari. Dan biasanya itu memakan waktu beberapa hari. Kalau sudah begitu saya paling malas untuk membuka sosial media dan ponsel. Makanya kadang sms tidak terjawab dan telepon tidak terangkat, dan pastinya berujung pada omelan-omelan orang yang bersangkutan, hehe. Meskipun, tetap tergantung penting atau tidaknya sms dan telepon itu. Sedikit kebiasaan buruk memang ^^"
Saat para perempuan lain memanjakan diri dengan pergi ke salon, wisata belanja, atau wisata kuliner, saya cukup memanjakan diri dengan berdiam sendirian di kamar. Saat sendiri, saya bisa membaca apapun yang saya ingin baca, menulis apapun yang ingin saya tulis, melihat apapun yang saya ingin lihat, dan mendengar apapun yang saya ingin dengar. Cukup berbekal setumpuk buku, laptop, akses internet, dan semangkuk cemilan. Rasanyaaaa.... benar-benar menyenangkan :D Dan biasanya saya jadi rajin berceloteh di blog, hehe. FYI, tapi bukan berarti juga saya nggak suka ke salon, wisata belanja, atau wisata kuliner. Meskipun nggak istimewa-istimewa banget, ketiganya juga cukup menyenangkan buat saya, hehe.
Selama kuliah, waktu yang tepat untuk 'menyendiri' seperti itu biasanya masa peralihan semester. Yup! Karena di seluruh Jatinangor, kostan manapun pasti sepi. Termasuk kostan saya, hehe. Pas banget deh. Duduk anteng tanpa ada gangguan celotehan siapapun. Paling sesekali orang lewat yang ngobrolnya kenceng, bocah yang pada lari-lari sambil teriak lewat depan kostan, suara kicau burung, atau banter-banternya kucing meong-meong. Ah... berasa gimana gituuu. Hening tanpa batas! :D
Nah, moment sendiri ini juga nggak melulu bertapa di kamar. Biasanya, saya menjalankan jurus lain untuk menyendiri, yaitu kelayapan. Ya, biasanya saya keluar ngelayap ke manapun yang saya ingin. Biasanya sih ke toko buku, terus makan di tempat yang comfort buat nongkrong sendiri. Hehe, yang jelas bukan warteg atau rumah makan padang. Tengsin banget kan kalau makan di tempat itu sendiri. Makanya biasanya kantong langsung agak terkuras, soalnya perginya musti ke kafe atau mentok-mentoknya Hokben. Biar nggak tengsin-tengsin banget :D
Hal yang bikin enak kalau kelayapan sendiri itu, kita bisa sesuka hati mau ngapain tanpa kompromi orang lain. Mau nongkrong sampai tokonya tutup atau cuma sebentar  mampir ke toilet juga nggak akan ada yang protes. Agak selfish memang. Tapi, daripada bareng temen, malah si temen ini nggak didenger, kan lebih selfish tuh kayanya, hehe. Tapi, sayangnya kebiasaan yang ini agak berkurang sejak kuliah. Salah satu faktornya adalah karena nggak ada kendaraan pribadi. Beda waktu SMA dulu saya dipegangi motor. Rasanya bisa lebih efektif ngelayapnya, hehe.
Nah, moment sendiri seperti ini, entah bertapa di kamar atau kelayapan sendiri, adalah moment paling pas juga buat menghayal. Makanya, kadang saya jadi betah nulis ini itu, baik waktu sendiri di kamar atau pasca ngelayap sendiri. Suka banyak inspirasi deh pokoknya :D
Pastinya, moment sendiri juga menjadi ajang buat saya bersyukur banget atas segala apapun yang Sang Pencipta kasih. Termasuk saat-saat saya bisa menyendiri seperti ini. Rasanya, Dia baiiiik banget ngasih kesempatan saya buat menikmati apapun yang saya inginkan. Padahal di luar sana, banyak kewajiban-kewajiban yang harus saya tunaikan.
"Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya. Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Al Quran, 55: 10-13)
 Oke, sekian postingan saya kali ini. Jadi, bagi saya tidak selamanya sendiri berarti kesepian :)
Dec28,
Dec28,

Perahu Kertas

cover novel
Mungkin, di saat orang lain sedang berantusias untuk menonton Habibi-Ainun, dan beberapa pekan sebelumnya film 5cm, saya justru baru tertarik dengan Perahu Kertas yang sudah inn sejak kapan tahun (hehe maaf ya agak lebay, padahal baru beberapa bulan lalu). Padahal waktu itu sempat berencana nonton, tapi batal. Saya lupa kenapa. Tapi yang jelas saat itu saya sendiri kurang tertarik menontonnya. Diperkuat lagi saya belum membaca novelnya. Nah, entah kenapa juga saya juga kurang tertarik membaca novel ini. Tapi yang saya ingat, saat saya agak tertarik untuk kemudian membacanya -- saat itu Dee sudah menuliskan novel-novel berikutnya-- saya terlebih dahulu membaca sekilas novel-novel terbaru Dee setelah Perahu Kertas. Dan saya kurang tertarik, lalu tanpa teori apapun saya berasumsi mungkin Perahu Kertas pun tidak jauh berbeda. Akhirnya, saya pun batal membelinya.
Tapi, asumsi saya berubah hari ini. Setelah akhirnya saya membaca novel itu. Ringan, mengalir, karakter tokoh pengkhayal dan pemimpi yang kuat, serta penyampaian melalui makna-makna tersirat pada novel Perahu Kertas membuat saya menyelesaikan 39 bab di dalamnya dalam sehari.
Diawali, saat tadi pagi seorang teman kost yang memutar suara Maudy Ayunda dengan Perahu Kertas-nya membuat saya tiba-tiba iseng meng-search tentang kisah Perahu Kertas. Sekejap saya tertarik dan sangat ingin membaca novelnya (hehe, kalau dipikir-pikir entah kemana ketidaktertarikan saya dulu). Karena ingin membaca saat itu juga, saya pun langsung mencari ebook-nya. Dan akhirnya dapat! Dee pun berhasil membawa saya memasuki dunia Perahu Kertas-nya, hingga saya menyelesaikan 39 bab dalam beberapa jam (saya menyisakan bab lainnya untuk besok, hehe).
Ya, saya mengakui ingin terus membaca untuk mengetahui cerita selanjutnya saat ganti bab. Karakter utama yang digambarkan 'aneh' atau mungkin 'unik' pun membuat saya banyak tertawa saat membaca tadi. Satu yang membuat tertarik adalah bahwa Dee harus mengarang di dalam karangan novelnya, yaitu membuat cerita dongeng untuk karakter Kugy, sehingga ada cerita di dalam cerita. Hal ini yang membuat saya menyukai novel ini. Belum lagi istilah dan nama 'aneh' seperti agen neptunus, wortelina, karmachameleon, negeri antigravitia, warteg pemadam kelaparan (nggak tahu ini beneran ada atau nggak, hehe), aquaneptunia, dll. Menurut saya, membuat khas tersendiri novel ini. Terlebih lagi ide perahu kertasnya ^.^

Kugy kecil lalu berkhayal dirinya adalah anak buah Dewa Neptunus yang diutus untuk tinggal di daratan. Seperti mata-mata yang rutin melapor ke markas besar, Kugy percaya bahwa ia harus menulis surat untuk Neptunus dan melaporkan apa saja yang terjadi dalam hidupnya.
Ia mengirimkan suratnya yang pertama saat mulai bisa menulis sendiri. Kugy melipat surat itu menjadi perahu lalu dihanyutkan ke laut. Hampir setiap sore Kugy selalu mampir ke pantai, mengirimkan surat-surat berisi cerita atau gambar untuk Neptunus.

Meskipun tidak begitu banyak pelajaran yang saya ambil dari kisah ini, tapi makna untuk mengejar mimpi dan menjadi diri sendiri ada. Sepertinya Si Agen Neptunus berhasil menyampaikan itu untuk para pembacanya, termasuk saya :)

"...suara ombak adalah lagu alam yang paling merdu." -Kugy-



Copyright @ Gettar's | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by Deluxe Templates
Blogger Templates