Setelah berdeg-degan ria mengikuti up date info rapat paripurna yang diadakan di gedung nun jauh di sana, akhirnya keputusan baru diputuskan. UU APBN-P 2013 disahkan (P nya yang belakang refers to perubahan). Subsidi BBM dihapuskan, sehingga harganya pun naik. Alasan pemerintah yang saya tangkap atas penghapusan subsidi ini adalah pengalihan subsidi untuk hal lain, seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan pendidikan, kesehatan de el el. Itu yang disampaikan sama media dan iklan layanan masyarakat. Realisasinya? Allahua'lam. Lihat saja.
Sudah bisa dipastikan. Harga BBM naik, harga barang kebutuhan pun naik. Sebenarnya kalau saya pribadi mungkin tidak begitu terasa pusingnya. Karena saya bukan seorang ayah yang harus memikirkan nafkah sekeluarga. Saya juga belum jadi ibu yang harus ikut memikirkan kondisi si ayah (*tsaaah). Saya pun sebenarnya tidak terlalu mengerti tata aturan pengelolaan uang negara oleh pemerintah. Tapi secara logika, kalau ada pengalihan satu aspek untuk aspek lainnya, kenapa yang harus dialihkan adalah dana subsidi BBM yang notabene kalau terjadi akan banyak muncul dampak yang 'memusingkan' masyarakat? BBM naik, maka kebutuhan pokok naik, harga makanan naik, ongkos angkot apalagi, kosan juga naik, jajanan naik, dan banyak lagi yang akan naik.
Okelah. Katanya memang sih, toh subsidi yang menikmati juga orang kaya pemilik mobil mewah, nantinya kalau berlaku untuk angkot juga akan ada harga khusus. Tapi coba lihat, mereka yang bukan pemilik mobil mewah, tapi juga bukan angkot. Mereka yang menggunakan mobilnya untuk usaha mengangkut sayuran, gabah, ternak, atau lainnya? Uwow! BBM naik, mereka butuh tambah modal, Men! Iya kalau yang modalnya ada? Kalau yang modalnya ngepas? Belum lagi konsumennya nanti yang pasti ngomel-ngomel karena harus harga produknya naik --"
Loh, kan ada bantuan langsung tunai sementara? Hellooow bantuannya sementara, tapi efek naiknya kan tidak sementara. Syukur-syukur kalau lancar dan merata. Kalau tidak? Yaaa... paling ricuh dikit. Semoga sih lancar, merata, dan bermanfaat!
Tapi mbok ya kenapa bukannya selain dana subsidi saja yang dialihkan? Misalnya potong gaji anggota dewan (yang jumlahnya bejibun, dari pusat sampai daerah, toh masih gede jumlahnya), kurangi budget studi banding ke luar negeri (perasaan sering kan ya? nah, misalnya yang biasanya akomodasi menginap di hotel bintang lima VIP diubah jadi bintang tiga ekonomi, biar hemat gitu lho), atau apa gitu? Jangan mentang-mentang bikin anggaran sendiri, jadi banyak buat sendiri (astaghfirullah, semoga ini salah). Atau apa gitu kek, nambah dana dari pajak kendaraan mewah, cukai rokok, atau apa yang memang pantas? Ya atau apa gitu?
Atau mbok ya, naiknya nanti. Sekarang ini kan lagi mau masuk bulan Ramadhan, sama musim kenaikan kelas, dan naik sekolah. Semakin makin pusing tho ya masyarakat... Memang uwow!
Yaa, pada akhirnya saya memang hanya bisa cuap-cuap di sini. Astaghfirullah... semoga saya pun tidak hanya mengeluh, tapi bisa juga memberikan kontribusi solusi untuk setiap masalah yang hadir setiap saat. Kan kata Lenka, trouble is friend, jadi ya temui dan hadapi. Dan (lagi-lagi) pada akhirnya saya sekarang harus beranjak untuk menggosok gigi sebelum tidur. Beristirahat untuk kemudian menjalani hari esok. Yay! :D
BBM naik... #eh lagi
Jun18,
Jun18,
Jun12,
Jun12,
Sebuah Sudut Pandang
Labels:
taste life
Lagi-lagi saya mau share tulisan Mas Aji. Kali ini tentang sudut pandang. Hehe, saya jadi ingat waktu saya dengan beberapa orang teman berselisih tentang sudut pandang. Bahkan sudut pandang seseorang tentang sudut pandang itu sendiri pun berbeda satu sama lain :)
Langsung saja. Check it out!
Langsung saja. Check it out!
Menggunakan satu sudut pandang dalam menyikapi situasi yang kita hadapi membuat 'pemetaan' kita terhadap situasi menjadi sempit. Sempitnya 'peta' membuat pilihan sikap-sikap kita terbatas. Memandang situasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda akan meluaskan 'peta' kita terhadap situasi yang ada. Semakin luas 'peta'-nya, semakin banyak pilihan sikap kita. Maka, saat kita menghadapi situasi yang membuat kita 'stuck' (mentok), lihatlah situasi itu dari sudut pandang yang berbeda, dan kita akan menemukan pilihan baru dalam menyikapinya.Ya! :D
Jun12,
Kualitas Komunikasi
Labels:
taste life
Beberapa waktu lalu, Mas Aji menuliskan kalimat tentang kualitas komunikasi. Check it out!
Komunikasi memang merupakan hal esensial dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak jarang komunikasi menjadi penyebab munculnya masalah atau konflik. Entah itu karena komunikasi yang tidak lancar atau karena kesalahpahaman. Di sini kesalahpahaman biasanya terjadi jika lawan komunikasi kita tidak memahami maksud sesuatu yang kita sampaikan. Hal ini bukan berarti kesalahan ada pada lawan bicara kita. Tapi mungkin dari kita sendiri lah yang belum bisa menyampaikan dengan baik sesuatu yang kita maksud. Dan saya semakin menyadari kalau berlatih cara berkomunikasi itu perlu untuk meminimalisir kesalahan seperti tadi. At least berarti kita punya usaha untuk mencegah masalah atau konflik bukan? Apalagi kalau nanti kita memasuki dunia baru. Misalnya dunia kerja (mentang-mentang tingkat akhir, hehe) atau dunia rumah tangga (kalau yang ini mentang-mentang udah kepala dua, haha). Kita akan menjalin komunikasi dengan orang-orang baru. Entah itu rekan kerja, tetangga baru, suami atau istri (kan baru kenal juga tuh, hehe), parent in law a.k.a ayah dan ibu mertua (langsung keringetan, hihi), kakak/adik ipar de el el. Nah, dengan berlatih cara komunikasi yang baik kita pun bisa meningkatkan tali silaturahim di antara kita. Dan pada akhirnya semoga semakin memudahkan kita untuk saling mengingatkan dan mengajak kebaikan. (Mbok ya dieling-eling Get, nek bar nulis koyo ngene --")
Jika orang lain tidak memahami maksud kita, maka kita lah yang bertanggung jawab memperbaiki cara berkomunikasi kita. Karena semua proses komunikasi mengalami filterisasi, sangat mungkin orang lain tidak memahami apa yang kita komunikasikan sebagaimana apa yang kita maksudkan. Kualitas komunikasi kita diukur dari respon yang kita dapatkan, bukan sekedar diukur dari apa yang kita maksudkan.
Komunikasi memang merupakan hal esensial dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak jarang komunikasi menjadi penyebab munculnya masalah atau konflik. Entah itu karena komunikasi yang tidak lancar atau karena kesalahpahaman. Di sini kesalahpahaman biasanya terjadi jika lawan komunikasi kita tidak memahami maksud sesuatu yang kita sampaikan. Hal ini bukan berarti kesalahan ada pada lawan bicara kita. Tapi mungkin dari kita sendiri lah yang belum bisa menyampaikan dengan baik sesuatu yang kita maksud. Dan saya semakin menyadari kalau berlatih cara berkomunikasi itu perlu untuk meminimalisir kesalahan seperti tadi. At least berarti kita punya usaha untuk mencegah masalah atau konflik bukan? Apalagi kalau nanti kita memasuki dunia baru. Misalnya dunia kerja (mentang-mentang tingkat akhir, hehe) atau dunia rumah tangga (kalau yang ini mentang-mentang udah kepala dua, haha). Kita akan menjalin komunikasi dengan orang-orang baru. Entah itu rekan kerja, tetangga baru, suami atau istri (kan baru kenal juga tuh, hehe), parent in law a.k.a ayah dan ibu mertua (langsung keringetan, hihi), kakak/adik ipar de el el. Nah, dengan berlatih cara komunikasi yang baik kita pun bisa meningkatkan tali silaturahim di antara kita. Dan pada akhirnya semoga semakin memudahkan kita untuk saling mengingatkan dan mengajak kebaikan. (Mbok ya dieling-eling Get, nek bar nulis koyo ngene --")
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (TQS Al 'Asr: 1-3)
Subscribe to:
Posts (Atom)