Jul28,
Jul28,

Kutu Buku?

Semalam saya baru saja menonton sebuah film Korea, Heartbreak Library. Film tersebut dimainkan oleh aktor lee Dong Wook dan aktris Yoo Jin. Heartbreak library bercerita tentang seorang laki-laki pengunjung perpustakaan yang selalu membuka halaman 198 pada setiap buku untuk mencari teka-teki yang ditinggalkan oleh kekasihnya yang telah pergi. Pengunjung tersebut pun dibantu oleh si gadis perpustakaan. Kurang lebih seperti itu ceritanya. Tetapi di sini saya tidak akan bercerita lebih banyak tentang film tersebut.
Saya cukup tertarik dengan salah satu dialog pada film tersebut, yaitu dialog antara si laki-laki pengunung (Joon Ho) dan si gadis librarian (Eun Soo).
Joon Ho: "Dia sangat suka membaca buku. Dia adalah seorang kutu buku."
Eun Soo: "Hey! Buku untuk manusia, bukan untuk seekor kutu!"

Kalimat yang diucapkan si gadis librarian memang membuat saya nyengir :D Saya tidak tahu, apakah di Korea juga ada istilah kutu buku seperti itu? Tetapi di terjemahan bahasa Indonesianya memang tertulis seperti itu. ^^
Terlepas ada atau tidaknya istilah tersebut dalam baasa Korea, saya cukup sependapat dengan si gadis librarian. Buku memang untuk manusia bukan untuk seekor kutu. Baiklah, mungkin itu hanya sebuah istilah. Orang yang sangat gemarmembaca buku, menelusuri dengan tekun sebuah buku, mungkin ibarat kutu yang juga dengan tekun menelusuri habitatnya. Misalnya kutu rambut yang sangat tekun menelusuri rambut demi rambut kepala seseorang yang menjadi habitatnya. (Saya benar-benar tidak suka membayangkannya! +_+) Mungkin seperti itu mengapa istilah kutu buku digunakan. Tetapi saya sendiri hanya menebak. Hehe.
Pertanyaan yang muncul dari pikiran saya adalah mengapa harus kutu? Saya yakin, bagi sebagian orang kutu adalah hewan yang tidak disukai. Iya kan? Dan fakta lain, seringkali karakter kutu buku digambarkan dengan seseorang yang culun, berkacamata besar dan tebal, serta tidak memiliki banyak teman. Bagi saya sih tidak seperti itu. Orang-orang yang gemar membaca buku justru sebaliknya. Selalu berpenampilan percaya diri, terlihat cerdas, dan gampang bergaul. Tapi mungkin masing-masing punya pendapat sesuai persepsinya.
Ya, itulah sekilas celotehan saya tentang kutu dan kutu buku. Tetapi apapun istilahnya, membaca merupakan sebuah kebutuhan. Tentu saja akan jauh lebih baik kalau sebuah kebutuhan menjadi suatu kegemaran. Tidak mempedulikan istilah kutu buku, yang penting gemar membaca itu harus! (Hehe, saya kira kalimat terakhir itu adalah paksaan. Jadi saya memaksa kalian harus rajin membaca..! ^^v)

Keep reading! :)
Jul11,
Jul11,

Para Bocah Itu...

Aku duduk tenang di tempatku. Damri tua yang kutumpangi melaju dengan kecepatan sedang melewati ruas-ruas jalan tol. Meskipun bus tua ini tidak terlalu penuh, tetapi bangku penumpang hampir seluruhnya terisi. Derasnya hujan membuat beberapa kali air menciprat masuk ke dalam melaui celah jendela dan pintu yang dibiarkan terbuka. Maklum, damri ini tak ber-AC sehingga pintu harus tetap terbuka agar udara di dalam tidak pengap.


Di depanku, di bangku yang menghadap ke samping, aku memperhatikan dua gadis kecil yang kuduga kakak beradik duduk dengan seorang lelaki paruh baya yang mungkin adalah ayahnya. Sepertinya usia kedua gadis kecil itu sekitar 7 sampai 10 tahun. Dengan wajah tak berekspresi kedua gadis itu terlihat sedang memperhatikan seorang bocah sebayanya yang tengah mengamen. Aku cukup penasaran. Kira-kira apa yang dipikirkan dua gadis tersebut saat itu?


Ku alihkan perhatianku. Sekarang aku terfokus pada telingaku. Aku masih menangkap suara lengkingan bocah pengamen tadi yang sedang menyanyikan salah satu lagu band. Suara bocah itu semakin meninggi berusaha mengalahkan deru mesin damri dan deru hujan yang bertambah deras. Tentu saja hal itu harus dilakukan bocah itu agar nyanyiannya dapat didengar oleh seluruh penghuni bus. Selesai menyanyi, bocah itu pun berkeliling dengan menengadahkan tangan untuk menerima recehan yang diberikan oleh para penumpang. Atau mungkin lebih tepatnya berharap menerima. Aku penasaran. Kira-kira bagaimana perasaan bocah itu?


Hujan telah berhenti. Damri telah keluar tol dan mulai melaju ke jalan raya. Aku melempar pandanganku ke arah luar melalui kaca jendela yang tak lagi bening. Karena lalu lintas yang macet, damri pun melaju perlahan. Pandanganku tertuju pada salah satu factory outlet. Beberapa mobil mewah berjejer parkir di halamannya. Kaca jendela bening dan besar menyajikan pemandangan produk-produk mewah yang dijual di dalamnya. Tepat di depan kaca tersebut kulihat tiga bocah, yang mungkin berumur 6 sampai 8 tahun, tengah bermain-main. Dua di antaranya perempuan dan satu lagi laki-laki. Mereka tampak kumal dengan pakaian lusuh yang melekat di tubuh-tubuh mungil mereka. Dengan menempelkan tubuhnya ke kaca jendela, mereka bercengkerama sambil melihat-lihat pemandangan di dalam factory outlet tersebut. Lagi-lagi aku penasaran. Kira-kira apa yang ada di pikiran mereka?


Entahlah. Aku tak pernah tau jawaban atas rasa penasaranku. Aku tak tahu apa yang dipikirkan atau bagaimana perasaan para bocah itu. Mungkin aku hanya bisa merasa iba melihat mereka. Dan mungkin orang lain pun merasakan iba sepertiku melihat para bocah itu. Mereka para bocah yang mengamen, atau mereka para bocah berpakaian lusuh yang bermain-main di pinggiran jalan. Lalu, kira-kira apakah mereka tahu bahwa orang lain merasa iba melihat mereka? Entahlah, lagi-lagi aku tak tahu jawabannya. Satu hal yang kutahu atas pemandangan para bocah itu adalah bahwa aku haruslah sangat bersyukur. Ya, sungguh aku harus sangat bersyukur bahwa masa kecilku tak seperti para bocah itu.


Hei para bocah… semoga Allah Sang Penyayang selalu melindungi kalian…

Jul11,

Keep Writing!

"Banyak orang menunggu mood untuk menulis. Sementara bagi sebagian lainnya, mood untuk menulis bangkit karena kuatnya keinginan menyampaikan ilmu dan kebenaran."

Kalimat di atas saya kutip dari buku Inspiring Words for Writers *sebuah buku yang dihadiahkan oleh seseorang untuk saya. Tidak dipungkiri bahwa mood menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam kegiatan menulis, dan saya yakin itu sering terjadi, baik saat kita membuat tulisan untuk tugas ataupun untuk yang lain. Seringkali terdengar lontaran-lontaran seperti "iya nih, lagi nggak mood buat nulis" atau "males nulis gue, lagi nggak mood, padahal banyak ide pada seliweran", yang akhirnya berujung pada kealpaan kegiatan ini. Mungkin seperti itulah jika kita menjadi bagian dari 'banyak orang yang menunggu' tersebut. Tetapi, jika kita memilih untuk menjadi bagian dari 'bagi sebagian lainnya' yang memiliki kuat keinginan hingga mood itu sendiri yang menghampiri, mungkin lontaran-lontaran seperti itu tidak berlaku. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya, innamal a'malu binniyat. Ya, ketika mood masih enggan menghampiri kita maka berniatlah. Niatkanlah sesuatu yang baik untuk kegiatan menulis kita. Niatkan bahwa kita menulis untuk dapat berbagi ilmu atau menyampaikan sesuatu yang benar. Dengan begitu insyaAllah mood pun dengan senang hati akan menghampiri kita. Ya! So, keep writing! ^^


- nasihat untuk diri sendiri :) -

Jul4,
Jul4,

Quotes

Beberapa quotes yang saya dapatkan dari pelatihan kemarin. Mungkin beberapa ada pencetus sebenarnya, tapi karena lupa maka saya tidak menuliskannya.

Hal-hal yang kita sadari bisa kita kendalikan. Sedangkan hal-hal yang tidak kita sadari bisa mengendalikan kita.

Bersedih adalah bagian dari mencintai.

Yesterday is history, tomorrow is mistery. And today is gift, thats why we call it present.

Karya adalah sesuatu yang kita upload ke dunia.

Sabar adalah bentuk syukur dari kesulitan. Dan syukur adalah bentuk sabar dari kemudahan.

Ikhlas by doing.

Rezeki datang melalui pintu sedekah dan mengalir melalui jalan ikhtiar.

Bukan karena punya uang kita bersyukur, tetapi karena bersyukur kita punya uang.

Jodoh ada di tangan Tuhan, maka jemputlah! Kalau tidak, tentu jodoh tersebut tetap di tangan Tuhan, tak pernah berpindah ke tangan kita. :)

Hanya ada dua keyakinan ketika kita pasrah. Yakin akan mendapatkannya atau yakin akan mendapatkan yang lebih baik.

Sudahkah kita melayakkan diri untuk memeperoleh impian kita?

Satu ilmu yang dipraktikkan akan membuka jalan bagi ilmu-ilmu yang lain.

Keep your effort! ^^


Jul4,

Self Leadership Mastery

Keren kan judulnya? Hehe. Self Leadership Mastery adalah nama pelatihan yang saya ikuti selama dua hari kemarin di Hotel Scarlet Dago. Trainer yang mengisi adalah mas Teddy Prasetya, si penulis buku The Art Of Enjoying Life. Pelatihannya cukup elegan, karena pesertanya hanya ada sembilan orang termasuk saya. Maklumlah, biasanya saya mengikuti pelatihan bersama puluhan orang di kampus. Hehe, mungkin lebih tepat disebut seminar ya? Nah, dari sembilan orang tersebut saya adalah yang termuda, yang lain adalah para bapak ibu dan mas mbak yang udah pada kerja. Karena perserta yang sedikit dan pertemuannya pun dua hari, kita jadi pada kenal satu sama lain. Kata seorang ibu salah satu perserta mengatakan, "Di antara semuanya saya paling ingat sama Mbak Gettar. Nama plesetannya bagus..." Saya pun hanya tersenyum pasrah, meskipun dalam hati saya berontak, "Bu bu, itu nama asli sayaaaaa. Bukan plesetaaan =.=" Tapi biarlah, si Ibu sudah terlanjur bangga mengenal nama saya. Hehe.

Bagi saya acara tersebut menyenangkan. Meskipun dilaksanakan selama dua hari dan berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, acara tersebut tidak membosankan. Karena selama 8 jam ada break, dua kali coffee break dan satu kali lunch break. Selain itu, tentu saja karena materi yang dibawakan menarik, dan sudah pasti karena Mas Teddy membawakannya dengan cara yang menyenangkan. Setiap sub materi yang dibawakan selalu ada simulasinya.

Dari judulnya sudah bisa dilihat, isi pelatihan tersebut adalah melatih kepemimpinan diri sendiri. Uniknya, dalam pelatihan ini kita menggunakan metode-metode yang mengotak-atik pikiran kita. Kalau tidak salah teknik yang digunakan adalah dengan NLP atau Neuro Linguistic Programming. Hehe, kayanya belum terlalu familiar ya? Ya, pokoknya itulah. Kalau mau tahu silakan searching atau baca-baca buku NLP. ^^

Banyak hal yang menarik dalam materi pelatihan tersebut. Salah satunya adalah The Disney Strategy (lain kali akan saya posting ya!). Mindset yang digunakan dalam pelatihan ini adalah bahwa setiap orang adalah pemimpin, seperti yang tertuang dalam Al Quran (salah satunya Q.S. Fathir:39) Sedangkan inti yang saya dapat dari pelatihan tersebut adalah bagaimana kita bisa mengelola diri sendiri untuk meraih visi dan menghadapi segala situasi yang dihadapi dengan mengelola pikiran dan rasa kita. Gimana caranya? Tentu saja ada metode-metode yang digunakan. Hehe, silakan mengikuti pelatihannya saja.

"Setiap orang adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab akan apa yang dipimpinnya." Sebuah kalimat penutup kegiatan pelatihan tersebut.
Okay, kapan-kapan saya akan bercerita lebih banyak tentang materi yang saya terima dalam pelatihan tersebut. Keep spirit! ^.~


Copyright @ Gettar's | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by Deluxe Templates
Blogger Templates