Semalam saya baru saja menonton sebuah film Korea, Heartbreak Library. Film tersebut dimainkan oleh aktor lee Dong Wook dan aktris Yoo Jin. Heartbreak library bercerita tentang seorang laki-laki pengunjung perpustakaan yang selalu membuka halaman 198 pada setiap buku untuk mencari teka-teki yang ditinggalkan oleh kekasihnya yang telah pergi. Pengunjung tersebut pun dibantu oleh si gadis perpustakaan. Kurang lebih seperti itu ceritanya. Tetapi di sini saya tidak akan bercerita lebih banyak tentang film tersebut.
Saya cukup tertarik dengan salah satu dialog pada film tersebut, yaitu dialog antara si laki-laki pengunung (Joon Ho) dan si gadis librarian (Eun Soo).
Joon Ho: "Dia sangat suka membaca buku. Dia adalah seorang kutu buku."
Eun Soo: "Hey! Buku untuk manusia, bukan untuk seekor kutu!"
Kalimat yang diucapkan si gadis librarian memang membuat saya nyengir :D Saya tidak tahu, apakah di Korea juga ada istilah kutu buku seperti itu? Tetapi di terjemahan bahasa Indonesianya memang tertulis seperti itu. ^^
Terlepas ada atau tidaknya istilah tersebut dalam baasa Korea, saya cukup sependapat dengan si gadis librarian. Buku memang untuk manusia bukan untuk seekor kutu. Baiklah, mungkin itu hanya sebuah istilah. Orang yang sangat gemarmembaca buku, menelusuri dengan tekun sebuah buku, mungkin ibarat kutu yang juga dengan tekun menelusuri habitatnya. Misalnya kutu rambut yang sangat tekun menelusuri rambut demi rambut kepala seseorang yang menjadi habitatnya. (Saya benar-benar tidak suka membayangkannya! +_+) Mungkin seperti itu mengapa istilah kutu buku digunakan. Tetapi saya sendiri hanya menebak. Hehe.
Pertanyaan yang muncul dari pikiran saya adalah mengapa harus kutu? Saya yakin, bagi sebagian orang kutu adalah hewan yang tidak disukai. Iya kan? Dan fakta lain, seringkali karakter kutu buku digambarkan dengan seseorang yang culun, berkacamata besar dan tebal, serta tidak memiliki banyak teman. Bagi saya sih tidak seperti itu. Orang-orang yang gemar membaca buku justru sebaliknya. Selalu berpenampilan percaya diri, terlihat cerdas, dan gampang bergaul. Tapi mungkin masing-masing punya pendapat sesuai persepsinya.
Ya, itulah sekilas celotehan saya tentang kutu dan kutu buku. Tetapi apapun istilahnya, membaca merupakan sebuah kebutuhan. Tentu saja akan jauh lebih baik kalau sebuah kebutuhan menjadi suatu kegemaran. Tidak mempedulikan istilah kutu buku, yang penting gemar membaca itu harus! (Hehe, saya kira kalimat terakhir itu adalah paksaan. Jadi saya memaksa kalian harus rajin membaca..! ^^v)
Keep reading! :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment