Baiklah, saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya baru-baru ini. Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan menjadi pengajar privat seorang anak balita. Tepatnya balita usia empat tahun. Mungkin saya akan menceritakan di lain waktu tentang bagaimana saya bisa menjadi seorang pengajar privat balita. Yang ingin saya ceritakan adalah, karena pengalaman baru ini saya kembali tertarik membaca novel saya, Totto-chan. Dengan kembali membaca novel itu, saya berharap bisa mendapat banyak inspirasi untuk mengajar balita. Meskipun usia Totto-chan, sang pemeran utama novel, sudah tidak lagi balita (Totto-chan adalah siswa kelas satu Tomoe Gakuen). Tapi setidaknya saya mendapat banyak gambaran bagaimana seseorang terjun mendidik anak-anak. Tentu saja, untuk hal satu ini saya tidak punya cukup pengalaman. Karena saya memang belum mempunyai anak, hehe. Meskipun saya memiliki sedikit pengalaman menghadapi keponakan-keponakan. Tapi itu masih kurang. Bagi saya ini bukan hal yang mudah. Saya sudah mengajar selama dua hari kemarin. Dan saya menyadari kalau saya benar-benar membutuhkan effort yang cukup besar (hehe, mungkin agak berlebihan, tapi seseorang akan mengiyakan kalau sudah merasakannya). Meskipun yang saya hadapi adalah seorang balita. Tapi saya benar-benar harus mengetahui cara yang tepat dan kreatif. Ya, karena itulah saya tertarik kembali membaca Totto-chan. Bagi yang sudah pernah membacanya, pasti akan mengakui bahwa novel tersebut memang inspiratif dan mampu memberikan gambaran tentang dunia anak-anak. Khususnya dalam mendidik mereka.
Salah satu bab yang saya suka pada novel itu adalah Euritmik. Bab ini menceritakan tentang Tomoe Gakuen yang mengadakan kegiatan euritmik untuk para siswanya. Kegiatan euritmik Tomoe Gakuen dilakukan dengan melatih tubuh memahami irama. Setiap siswa dibebaskan untuk melakukan gerakan dengan mengikuti irama musik. Singkatnya, kegiatan euritmik ini dilakukan agar siswa dapat memperluas persepsi indrawi mereka terhadap alam (yaitu dengan berlatih peka terhadap irama musik). Juga agar mereka lebih peka dalam menggunakan intuitif mereka akan inspirasi. Karena itu, Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah, mengungkapkan...
Punya mata, tapi tidak melihat keindahan. Punya telinga, tapi tidak mendengar musik. Punya pikiran tapi tidak memahami kebenaran. Punya hati tapi hati itu tak pernah tergerak dan karena itu tidak pernah terbakar. Itulah hal-hal yang harus ditakuti.Itulah tujuan euritmik. Dan ungkapan tersebut pula yang membuat saya menyukai bab Euritmik pada novel ini. Bagi yang belum pernah baca, coba saja baca. Saya sendiri, disamping banyak inspirasi, juga banyak tersenyum membaca kisah si Totto-chan ini :D
2 comments:
Bismillaah.
mba gett.. gmn gmn ngajarnya? :) cerita d atas ttg anak kecil yg Upin mnta ajarin itu kan? ^^
smoga Alloh permudah slalu ya.. afwan, teteh ga bermaksud 'menjerumuskan' ^,^v, hanya sj hati tth kala itu berkata klo mbaget bs mjd guru yg baik bwt si balita :D, kalau ada apa2 cerita ya, atau barangkali udh ga kuat, silahkan lambaikan tangan aja *lho ^,^v
sabar ya mbagett, insyaalloh BISA ko!!
itung2 latihan sblm benar2 mjd masdrasah utama utk anak2 kita kelak :)
Hamaasah mbagettt!!
wah, ummi eri hamasah yah? :D
iyaa, nanti cerita-cerita deh ya. aamiin, semoga! hehe
iya mi, insyaAllah. jadi banyak pengalaman juga :D
kya! hamasah!
Post a Comment