Lulus Cepat
Saya jadi ingat perkataan seseorang, "Alasan hanya akan menjadi pembenaran atas sebuah kesalahan." Memang, saya sepakat. Selagi tidak dimintai alasan lebih baik diam. Bagi saya.
Nah, balik lagi. Intinya akhir-akhir ini saya ingin cepat lulus kuliah! Apapun alasannya. Tetapi saya tidak akan beralasan (mengingat kesepakatan saya dengan perkataan tadi, hehe).
Berbicara tentang kelulusan saya jadi ingat dulu. Waktu SD saya ingin cepat-cepat lulus dan masuk SMP. Waktu SMP saya ingin cepat-cepat lulus dan masuk SMA. Waktu SMA saya ingin cepat-cepat lulus dan masuk kuliah. Dan sekarang setelah... saya ingin cepat-cepat lulus dan... Apa? Saya belum menemukan kalimat yang tepat untuk meneruskannya. Yang penting ayo lulus dulu :)
PM 9
Nenek Pendoa
Setiap meihat nenek tersebut, selalu terlihat pula ulasan senyum di wajahnya. Tidak hanya disedekahi, nenek tersebut juga bersedekah kepada orang-orang melalui senyumnya. Pagi ini, saya pun melintas di depan sang nenek. Seperti biasa, beliau tersenyum dan menelungkupkan tangannya sambil berdoa. Saya menghampirinya dan menjabat tangannya. Kami saling tersenyum. Lalu, terdengar doa-doa darinya, dengan bahasa Sunda dia mendoakan semoga kuliah saya lancar dan cepat lulus. Saya pun meng-amin-kannya dalam hati. Mungkin di lain kesempatan saya akan me-request doa dari beliau. Doakan saya dapat jodoh yang sholeh ya, nek... :)
Niat, Niat, dan Niat
Setiap kali berbicara tentang niat, hal yang selalu saya ingat dan berusaha untuk melakukannya adalah:
a. Memperbanyak niat setiap akan melakukan suatu hal. Kalau niatnya satu pahalanya pun satu. Tetapi, kalau niatnya banyak pahalanya pun banyak. Misalnya saja kuliah. Kalau niat kita berkuliah hanya untuk mencari ilmu, maka pahala yang didapat pun hanya pahala mencari ilmu. Tetapi, kalau memperbanyaknya dengan niat bersilaturahim, niat menebar manfaat, niat bersedekah (tersenyum kepada siapapun yang kita temui), niat menunaikan amanah saya sebagai anak, dan niat-niat lain yang bisa kita niatkan. Tentu saja kita akan memperoleh pahala dari masing-masing niat itu, insyaAllah. Bukankah Dia Maha Baik dan Maha Pemberi Pahala? Yap! Niat, niat, dan niat.
b. Melakukan niat dia awal, tengah, dan akhir. Yaitu, dengan menjaga niat kita dari awal sampai akhir, bahkan mungkin memperbaikinya. Dengan demikian, tentu saja kita akan selalu mengingat tujuan kita melakukan hal tersebut. Menentukan niat di awal, meniatkannya kembali di tengah, dan meniatkannya kembali di akhir. Tentu saja hal ini harus dilakukan agar Tuhan tak segan mengalirkan pahala-Nya untuk kita. Jadi, jangan sampai niat baik berubah menjadi niat buruk. Oleh karenya, kita harus senantiasa memperbaharuinya. Yap! Niat, niat, dan niat.
Ya. Itulah sharing saya tentang niat. Semoga kita selalu melakukan hal apapun dengan diiringi niat-niat baik kita dan terjaga pula niat-niat baik tersebut. Aamiin :)
Si Ulat
Kira-kira seperti itulah cerita tentang Si Ulat. Dari kisah tersebut ternyata ada hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Dalam peneliti tersebut, entah Si Ulat sadar atau tidak, mereka mengikuti kawannya satu sama lain. Oleh karena itu, mereka tetap berjalan berputar. Satu ulat mengikuti ulat yang ada di depannya. Katanya, hal seperti itulah yang sering terjadi di antara kita. Bergerak hanya mengikuti orang lain. Dan makanan yang tidak tersentuh, ibarat bergeraknya kita yang sama sekali tidak memiliki asupan untuk menjadi acuan. Awalnya memang masih bertahan, tapi apabila terus menerus hidup hanya mengikuti dan tanpa asupan, maka kita pun akan mati. Mati di sini bukan berarti nyawa kita telah tercabut. Mati di sini adalah bahwa langkah-langkah atau gerakan kita tidak memiliki makna, stuck, karena memang kita tidak pernah diberi asupan. Asupan di sini tentu saja asupan untuk jiwa kita, ruhani kita, juga otak kita.
Intinya adalah bahwa dalam melangkah dan bergerak, kita harus memiliki asupan yang cukup agar kita bisa bertahan. Ya, asupan agar kita memiliki bekal untuk melangkah dan bergerak. Katakanlah bahwa asupan bernutrisi tersebut adalah ilmu yang harus kita makan sehari-hari. Ilmu yang akan senantiasa membuat jiwa, ruhani, dan otak kita selalu terisi, hingga bisa dijadikan bekal untuk melangkah. Tentunya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperoleh asupan itu. Seperti membaca, menghadiri majelis ilmu, sharing, diskusi, menonton, mendengar, dll. Ya, inti dari intinya yaitu bahwa kita jangan pernah berhenti mengisi diri kita dengan ilmu, agar kita memiliki bekal untuk selalu bisa melangkah dan bergerak :)
"... Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..." (Alquran, 58:11)
A Moment to Remember

Sampai suatu ketika, Su Jin memanggil suaminya dengan nama mantannya (jadi memori terbarunya lupa, sehingga dia lebih mengingat mantannya) dan mengatakan "Yeong Min, sarange..." Hahh... sudah dapat dipastikan broken-lah hati Cheol Soo. Tapi dengan tabahnya dia tersenyum saat itu. Kemudian, Cheol Soo pergi bekerja dan Su Jin kembali tersadar, menangis seketika, menyadari bahwa laki-laki yang ada dihadapannya baru saja adalah Cheol Soo, suaminya, bukan Yeong Min, mantannya. Dengan hati terluka (haha, bahasanya...) Su Jin pun menuliskan surat untuk meminta maaf dan meminta bercerai. Di suratnya... aku tak ingin menyakitimu, tetapi hanya kau yang kucintai saat ini.. semoga kau bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu bahagia... Dia pun pergi dari rumah.
Membaca surat dari istrinya, Cheol Soo langsung pergi mencari istrinya. Tapi tidak ketemu. Sampai akhirnya dia mendapat kiriman suart dari Su Jin. Isinya... Cheol Soo, kau tidak perlu cemas, aku baik-baik saja di sini... Akhirnya, Cheol Soo pun melesat mencari Su Jin. Dia menuju rumah sakit khusus Alzheimer. Dan di sana bertemulah dia dengan Su Jin. Tetapi... yang dikatakan Su Jin saat itu adalah... "Apa kau mengenalku?" dan dengan menahan kesedihannya Cheol Soo menjawab, "Perkenalkan, aku Choi Cheol Soo, senang bertemu denganmu." (Huaaaa.... sedihhhh) Ya, Su Jin telah lupa tentang suaminya.
Kemudian, Cheol Soo meminta izin untuk bisa mengajak Su Jin berjalan-jalan. Dia pun mengajak Su Jin ke tempat pertama kali mereka bertemu. Di sana dihadirkannya keluarga dan kerabat-kerabat Su Jin. Seketika, dia kembali tersadar dan menangis memeluk suaminya.
Adegan terakhirnya, Cheol Soo mengajak Su Jin berkendara mobil. Su Jin terlihat bahagia, karena is sedang sadar bahwa ia sedang bersama orang yang dicintainya. Tapi ia pun tahu bahwa sebentas lagi mungkin dia kembali tidak sadar. The end.
Film yang cukup recommended. Cukup mempengaruhi emosional saya. (hehe, sampai nangis sih nontonnya, jarang-jarang lho saya nonton sampai nangis)
Pelangi Muslimah 9
Pelangi Muslimah 9 a.k.a PM9 adalah acara tahunan DKM Al Amanah Faperta UNPAD. Tahun ini PM9 akan dilaksanakan pada 19 November 2011. Saya adalah salah satu panitia di dalamnya. Dan sekarang sudah H-30 hari. Sebulan lagi. Semakin dekat. Dan saya semakin stres juga (hehe...) Maklum, amanah saya sebagai koordinator acara, jadi saya lah yang akan menghandel seluruh jalan acara. Fuhh... semakin deg deg-an. Untung saja pembicara sudah fix, Alhamdulillah. Jujur, kalau sedang saat-saat seperti ini, selalu ingin dekat dengan-Nya. Karena hanya Dia yang bisa diharapkan :) Ya. Saya percaya pada-Nya, Dia pasti akan memberikan yang terbaik. Tinggal bagaimana saya mengoptimalkan doa dan ikhtiar saya. Bismillahirrahmanirrahim... semoga acaranya lancar dan penuh berkah. Aamiin :)
Tes Masuk Kerja
Ngerjain soal-soal kemarin, jadi langsung inget pas SD (haha, sok mengenang) Saya jadi inget seputar pesawat sederhana, ngitung-ngitung kecepatan, klasifikasi hewan, bilangan prima, and so on deh. Lama banget, nggak berkecimpung dg soal-soal kaya gitu, maklum sejak kuliah saya banting stir ke wilayah IPS, padahal saya dulu IPA lho. Saya sih dulu ngiranya bakal tetep banyak belajar bidang IPA, kan Pertanian, tapi ternyata, eh... masuknya Sosial Ekonomi (agribisnis), beda lagi kalau jurusan seberang, agroteknologi, mereka banyak bicara tentang on farm-nya (seputar budidaya) jadi masih lah belajar yang biologi, fisika, sama kimia. Sebenarnya jurusan saya juga belajar mengenai on-farm, tapi just little bit, maksimal 3 sks udah sama praktikum.
Oh iya, ngobrol tentang praktikum, dua minggu yang lalu saya ada praktikum mata kuliah Pengelolaan Pasca Panen, kita ada di lab kurang lebih 3 jam. Arghhh... sumpeh nggak betah. Mungkin karena nggak biasa. Tapi saya berusaha membetahkan diri. Tapi maklum juga, kan saya biasanya di lab bisnis, yang isinya komputer bukan timbangan atau gelar ukur (hihi..)
Nah, balik lagi tentang tes kerja, kemarin saya dapet sms, saya lolos masuk tes tahap berikutnya, microteaching, alhamdulillah. Dan hari ini saya mau melangsungkannya, bismillah, semoga lancar dan bisa lolos jadi pengajar. Aamiin :)
Kampus Masih Sepi
Hujan, Kau Ingatkan Aku
Hujan, kau ingatkan aku tentang satu rindu
Di masa yang lalu saat rintih masih indah bersamamu
Terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan
Kau ibu...
Allah, izinkanlah aku bahagiakan dia
Meski dia telah jauh, biarkanlah aku berarti untuk dirinya
Kau ibu...
Ibu, ibu, ibu... kangen :)
Hujan
Dulu, setiap kali hujan dan sedang di rumah, saya pasti menyempatkan diri untuk duduk di teras dan menikmati hujan. Mendengar suara khas hujan turun dan melihat tumpahan air hujan yang menetes di tanah membentuk pantulan-pantulan kecil. Terkadang bau tanah yang baru saja basah juga bisa melengkapi. Saya juga sangat senang kalau menjelang tidur mendengar suara hujan, entah itu hujan lebat atau sekedar gerimis. Buat saya benar-benar ada alunan tersendiri yang tak tergantikan dan memunculkan ritme tersendiri di perasaan saya. Kalau boleh berpuitis *hehe bagi saya hujan menempati sudut ruang tersendiri di hati saya. Ya, itulah hujan... bagi saya :)
Raindrops..
My Pray
***
Allah, I can't begin to tell You
Allah, all the thing I love You for
Allah, I only know that everyday
I love You... love You more and more
Allah, all the thing I've seen with my eyes
All the sounds I've heard in my life
Allah, would You forgive all my faults
Will You lead me to Your way
They always remind me of You
We hope we've always been in love with You
***
Barakallah... :)
Nulis Lagi Yukk!
Padahal banyak sekali kejadian beberapa bulan terakhir yang ingin saya tulis, sayangnya tidak ada dukungan akses internet. Jadi, ya sudahlah...
Lebaran kemarin saya mudik dan berlebaran di sana. Bertemu keluarga dan teman-teman SMA. Belum lagi sebelumnya, banyak cerita seru pas Ramadhan, sayang banget deh nggak ketulis. (salah satunya nge-dodol sama anak-anak kosan, hehe). Terus juga sebelumnya lagi, yaitu masa-masa nganggur liburan semesteran, nggak sempet ketulis juga. Huhh. Tapi, ya sudah... yang penting besok-besok mulai nulis lagi. :)
Keep writing! ^^
Kutu Buku?
Saya cukup tertarik dengan salah satu dialog pada film tersebut, yaitu dialog antara si laki-laki pengunung (Joon Ho) dan si gadis librarian (Eun Soo).
Joon Ho: "Dia sangat suka membaca buku. Dia adalah seorang kutu buku."
Eun Soo: "Hey! Buku untuk manusia, bukan untuk seekor kutu!"
Kalimat yang diucapkan si gadis librarian memang membuat saya nyengir :D Saya tidak tahu, apakah di Korea juga ada istilah kutu buku seperti itu? Tetapi di terjemahan bahasa Indonesianya memang tertulis seperti itu. ^^
Terlepas ada atau tidaknya istilah tersebut dalam baasa Korea, saya cukup sependapat dengan si gadis librarian. Buku memang untuk manusia bukan untuk seekor kutu. Baiklah, mungkin itu hanya sebuah istilah. Orang yang sangat gemarmembaca buku, menelusuri dengan tekun sebuah buku, mungkin ibarat kutu yang juga dengan tekun menelusuri habitatnya. Misalnya kutu rambut yang sangat tekun menelusuri rambut demi rambut kepala seseorang yang menjadi habitatnya. (Saya benar-benar tidak suka membayangkannya! +_+) Mungkin seperti itu mengapa istilah kutu buku digunakan. Tetapi saya sendiri hanya menebak. Hehe.
Pertanyaan yang muncul dari pikiran saya adalah mengapa harus kutu? Saya yakin, bagi sebagian orang kutu adalah hewan yang tidak disukai. Iya kan? Dan fakta lain, seringkali karakter kutu buku digambarkan dengan seseorang yang culun, berkacamata besar dan tebal, serta tidak memiliki banyak teman. Bagi saya sih tidak seperti itu. Orang-orang yang gemar membaca buku justru sebaliknya. Selalu berpenampilan percaya diri, terlihat cerdas, dan gampang bergaul. Tapi mungkin masing-masing punya pendapat sesuai persepsinya.
Ya, itulah sekilas celotehan saya tentang kutu dan kutu buku. Tetapi apapun istilahnya, membaca merupakan sebuah kebutuhan. Tentu saja akan jauh lebih baik kalau sebuah kebutuhan menjadi suatu kegemaran. Tidak mempedulikan istilah kutu buku, yang penting gemar membaca itu harus! (Hehe, saya kira kalimat terakhir itu adalah paksaan. Jadi saya memaksa kalian harus rajin membaca..! ^^v)
Keep reading! :)
Para Bocah Itu...
Aku duduk tenang di tempatku. Damri tua yang kutumpangi melaju dengan kecepatan sedang melewati ruas-ruas jalan tol. Meskipun bus tua ini tidak terlalu penuh, tetapi bangku penumpang hampir seluruhnya terisi. Derasnya hujan membuat beberapa kali air menciprat masuk ke dalam melaui celah jendela dan pintu yang dibiarkan terbuka. Maklum, damri ini tak ber-AC sehingga pintu harus tetap terbuka agar udara di dalam tidak pengap.
Di depanku, di bangku yang menghadap ke samping, aku memperhatikan dua gadis kecil yang kuduga kakak beradik duduk dengan seorang lelaki paruh baya yang mungkin adalah ayahnya. Sepertinya usia kedua gadis kecil itu sekitar 7 sampai 10 tahun. Dengan wajah tak berekspresi kedua gadis itu terlihat sedang memperhatikan seorang bocah sebayanya yang tengah mengamen. Aku cukup penasaran. Kira-kira apa yang dipikirkan dua gadis tersebut saat itu?
Ku alihkan perhatianku. Sekarang aku terfokus pada telingaku. Aku masih menangkap suara lengkingan bocah pengamen tadi yang sedang menyanyikan salah satu lagu band. Suara bocah itu semakin meninggi berusaha mengalahkan deru mesin damri dan deru hujan yang bertambah deras. Tentu saja hal itu harus dilakukan bocah itu agar nyanyiannya dapat didengar oleh seluruh penghuni bus. Selesai menyanyi, bocah itu pun berkeliling dengan menengadahkan tangan untuk menerima recehan yang diberikan oleh para penumpang. Atau mungkin lebih tepatnya berharap menerima. Aku penasaran. Kira-kira bagaimana perasaan bocah itu?
Hujan telah berhenti. Damri telah keluar tol dan mulai melaju ke jalan raya. Aku melempar pandanganku ke arah luar melalui kaca jendela yang tak lagi bening. Karena lalu lintas yang macet, damri pun melaju perlahan. Pandanganku tertuju pada salah satu factory outlet. Beberapa mobil mewah berjejer parkir di halamannya. Kaca jendela bening dan besar menyajikan pemandangan produk-produk mewah yang dijual di dalamnya. Tepat di depan kaca tersebut kulihat tiga bocah, yang mungkin berumur 6 sampai 8 tahun, tengah bermain-main. Dua di antaranya perempuan dan satu lagi laki-laki. Mereka tampak kumal dengan pakaian lusuh yang melekat di tubuh-tubuh mungil mereka. Dengan menempelkan tubuhnya ke kaca jendela, mereka bercengkerama sambil melihat-lihat pemandangan di dalam factory outlet tersebut. Lagi-lagi aku penasaran. Kira-kira apa yang ada di pikiran mereka?
Entahlah. Aku tak pernah tau jawaban atas rasa penasaranku. Aku tak tahu apa yang dipikirkan atau bagaimana perasaan para bocah itu. Mungkin aku hanya bisa merasa iba melihat mereka. Dan mungkin orang lain pun merasakan iba sepertiku melihat para bocah itu. Mereka para bocah yang mengamen, atau mereka para bocah berpakaian lusuh yang bermain-main di pinggiran jalan. Lalu, kira-kira apakah mereka tahu bahwa orang lain merasa iba melihat mereka? Entahlah, lagi-lagi aku tak tahu jawabannya. Satu hal yang kutahu atas pemandangan para bocah itu adalah bahwa aku haruslah sangat bersyukur. Ya, sungguh aku harus sangat bersyukur bahwa masa kecilku tak seperti para bocah itu.
Hei para bocah… semoga Allah Sang Penyayang selalu melindungi kalian…
Keep Writing!
"Banyak orang menunggu mood untuk menulis. Sementara bagi sebagian lainnya, mood untuk menulis bangkit karena kuatnya keinginan menyampaikan ilmu dan kebenaran."
Kalimat di atas saya kutip dari buku Inspiring Words for Writers *sebuah buku yang dihadiahkan oleh seseorang untuk saya. Tidak dipungkiri bahwa mood menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam kegiatan menulis, dan saya yakin itu sering terjadi, baik saat kita membuat tulisan untuk tugas ataupun untuk yang lain. Seringkali terdengar lontaran-lontaran seperti "iya nih, lagi nggak mood buat nulis" atau "males nulis gue, lagi nggak mood, padahal banyak ide pada seliweran", yang akhirnya berujung pada kealpaan kegiatan ini. Mungkin seperti itulah jika kita menjadi bagian dari 'banyak orang yang menunggu' tersebut. Tetapi, jika kita memilih untuk menjadi bagian dari 'bagi sebagian lainnya' yang memiliki kuat keinginan hingga mood itu sendiri yang menghampiri, mungkin lontaran-lontaran seperti itu tidak berlaku. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya, innamal a'malu binniyat. Ya, ketika mood masih enggan menghampiri kita maka berniatlah. Niatkanlah sesuatu yang baik untuk kegiatan menulis kita. Niatkan bahwa kita menulis untuk dapat berbagi ilmu atau menyampaikan sesuatu yang benar. Dengan begitu insyaAllah mood pun dengan senang hati akan menghampiri kita. Ya! So, keep writing! ^^
- nasihat untuk diri sendiri :) -
Quotes
Self Leadership Mastery
Nice 'Kalam'
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya," (Alquran, 15:16)
"Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhlukNya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu." (Alquran, 13:2)
"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. Itulah ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (Alquran, 27:88)
"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati." (Alquran, 67:13)
Nge-Gaya di Blog ^.~
Setelah berlama-lama berkutat di depan laptop dan berlayar ke mana-mana, akhirya saya menemukan tampilan untuk blog ini. Meskipun sebenarnya di hati masih agak belum seg banget. Tapi tampilan saat ini sudah cukup mewakili saya. :)
Hehe, saya baru sadar seratus persen kalau di header blog ini ada gambar bingkai berfotokan menara Eiffel Paris. Saya sendiri sih tidak terlalu berminat ke sana. Tapi nggak apa-apa, lumayan bikin keren. ^^ Kalau ngobrol tentang menara, saya lebih berminat mendatangi menara Seoul atau Namsan Tower. Bukan karena lebih bagus dari Eiffel, tapi karena lokasinya berada di Seoul. Hehe, jadi intinya saya lebih ingin ke Seoul daripada ke Paris.
Waktu lagi ngobrol soal luar negeri sama temen-temen, beberapa dari mereka tanya kenapa saya lebih memilih pergi ke negara-negara kawasan Asia seperti ke kota-kota Seoul, Busan, Macau, Tokyo, Kyoto, atau Shanghai, daripada ke kota Eropa seperti Paris dkk. Jawabannya sih karena saya merasa hati saya lebih terpanggil ke Seoul dkk *hehe. Simpelnya sih karena saya tertarik pada kebudayaan mereka yang meng-Asia. Meskipun saya tidak memungkiri kalau saya pun tertarik dengan Eropa dan kebudayaan yang meliputinya, *ya, saya nggak akan menolak kalau ada yang mengajak untuk travelling ke sana ^^.
Nah, bagaimana dengan Timur Tengah? Ya, saya pun tidak akan menolak kalau diajak ke kota-kota negara Timur Tengah seperti Isfahan, Istanbul, dan Dubai. Saya bahkan lebih excited dengan sejarah-sejarah yang terukir di sana. Tapi mungkin karena kesan panas dan gerah yang akan saya dapat di sana, membuat mereka menempati urutan ke sekian di hati saya.
Dan pastinya, urutan pertama kota luar negeri yang ada di hati saya tentu saja Mekkah. :) Kota sejuta sejarah dan menjadi arah kiblat jutaan saudara-saudara seiman saya. Satu kota tujuan yang menjadi lokasi ibadah suci dan menjadi saksi perjuangan para pejuang tangguh agama saya. Lalu, kapan saya akan ke sana? Suatu saat tentunya. Ketika Tuhan saya yang Maha Baik dan Maha Penyayang memberikan izin saya untuk ke sana. Bismillahirrahmanirrahim...
Nah, panjang kan tulisan saya? Dari header blog sampai ibadah ke Mekkah, dari menara Eiffel sampai Namsan Tower, dari Seoul sampai Isfahan, dan dari saya untuk kalian *hehe, maaf ya yang terakhir ini agak maksa.
Oke, sekian saja. Semoga ke mana pun kita ingin pergi ke suatu tempat selalu ada niat baik dalam diri kita, entah itu untuk bekerja, belajar, mencari wawasan, atau sekedar jalan-jalan men-tadaburi kuasaNya. Keep smile. :)
Mengunjungi Ibukota
Oke balik lagi ke acara field trip. Saya dan teman-teman berangkat dari Jatinangor sekitar pukul 09.00 dengan bus holidays. Bercerita sedikit tentang bus yang mengantar kami kemarin. Bus yang kami tumpangi kemarin memang nyaman bin cakep. Kondisi fisiknya masih bagus dan mulus. Ada fasilitas tiga TV flat yang dipasang di bagian depan, tengah, dan belakang. Wiihh... masih ngejreng pula. Tempat tas yang ada di atas masing-masing kursinya juga keren. Ada tutupnya kaya di kereta-kereta kelas eksekutif. Sebenarnya untuk yang satu ini teman saya yang kagum banget. Sampai-sampai dia sendiri ngerasa norak juga ngagumin fasilitas bus keren begitu, *hehe.
Leaving On A Jet Plane

Masih tentang film Armageddon. ^^ Saya suka sekali dengan soundtrack film ini. Ya, betul. Leaving On A Jet Plane. Dan ada salah satu adegan A.J. Frost (Ben Affleck) menyanyikan lagu ini untuk Grace (Liv Tyler) sesaat sebelum pergi mengangkasa...
I'm standing here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
But the dawn is breaking it's early morn
The taxi is waiting he's blowing his horn
Already I'll so lonesome I could die
So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
Cause I'm leaving on a jet plane
I don't know when I'll be back again
Oh baby, I hate to go
There's so many times I've let you down
So many times I've played around
I tell you know, they don't mean a thing
Every place I go, I'll think of you
Every song I sing, I'll sing for you
When I come back, I'll bring your wedding ring
Now the time has come to leave you
One more time, oh let me kiss you
And close your eyes, and I'll be on my way
Dream about the days to come
When I won't have to leave alone
About the times that I won't have to say
Eh, tapi kok jadi ngebahas suami ya? Hehe. Gimana? Saya sih cukup menyukai lirik lagu ini. :)
Nonton Armageddon Film
Kembali ke Armageddon. Awalnya saya memang kurang tertarik menonton film ini. Adegan awal yang bersetting NASA dan sekitarnya cukup membuat saya ogah menontonnya. Tetapi karena suntuk dengan suasana kosan yang sepi, saya pun memutuskan untuk stay di ruang tivi dan menontonnya sampai selesai. Alasan ini diperkuat setelah menyadari bahwa Ben Affleck nongol di film ini (dia pemeran utamanya, Get... =.=)
Jujur saja saya sempat meneteskan air mata menonton film ini (cengeng... :p) Tepatnya saat adegan Harry Stamper (Bruce Willis) berpamitan dengan putrinya Grace Stamper (Liv Tyler) *face to face melalui alat canggih tentunya, sesaat sebelum dirinya akan meledakkan bom di asteroid berbahaya guna menyelamatkan bumi, yang itu berarti dirinya pun akan meledak bersama bom tersebut *heroik banget deh ceritanyaa.
Nah, saat adegan itu kira-kira seperti ini dialognya..
Grace: Daddy..
Harry: Hi Gracey. Hi honey. Grace, I know I promise you I was coming home.
Grace: I don't understand.
Harry: Looks like I'm going to have to break that promise.
Grace: I'd lied to you too. When I told you I didn't want to be like you. Because I'm like you. Everything good that I have inside of me, I have from you. I love you so much Dad... and I'm so proud of you. I'm so scared.
Harry: I know it baby. But there won't be anything to scared of soon. ... ... ... (lupa, pokoknya akhirnya bilang) ... I'll look in on you from time to time. Okay honey? I love you Grace.
Grace: I love you too.
Harry: Gotta go now honey.
Grace: Daddy no!
Tuh, gimana nggak nangis coba? Mengharukan gitu.
Ah... wajah pria limapuluh tiga tahun itu pun langsung berkelebat di benak saya. Missing him so much...
Yah, sekian saja cerita saya tentang film ini. Saya yakin di antara kalian pun mangalami hal sepert saya. ^^
Oh, My Blog...
Back to topic :D. Really, I want to post in this blog consistently. But I feel this blog isn't image my self, so I'm lazy enough to post in this blog. I feel and I think this is not me. :( I often looking for how to design background for blog, but my knowledge about computer so less, so I can't apply the method I get :(
But... no matter my blog image my self yet, I'll try to write in this blog. In a while I'll always learn about how design this blog. So enjoy it, Get! ^.~